loading...
loading...
Awalnya semua berjalan secara wajar dalam sebuah rumah mungil yang tenang. Rumah itu baru dibangun tidak lebih dari setahun dan dihuni seorang suami yang masih muda belia yang rela membanting tulang dari pagi hingga petang. Dialah suami yang mendambakan di petang harinya berada dalam belaian dan dekapan seorang istri yang penyayang nan suci mulia untuk menghabiskan malam bersamanya penuh kebahagiaan dan kedamaian. Segudang impian, tapi memang itulah impian nyata. Jika tidak, maka siapa saja yang ingin bahagia, hendaknya menempuh jalan-jalannya. Sebab, sebuah kapal tidak akan berjalan di atas daratan…..
Lelaki yang malang ini punya seorang istri yang cantik parasnya, tapi buruk kepribadiannya. Wanita ini tak lebih sebagai imbas mengabaikan wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau bersabda kepada kaum pemuda,
“Pilihlah Wanita yang Taat Beragama, (Jika Tidak) Niscaya Kamu Binasa”
Sebagian kalangan pemuda, apabila ingin menikah, dia menjadikan prioritas pertama dan terakhirnya adalah kecantikan. Bagaimana posturnya, perawakannya, warna kulitnya, berat badannya, panjang rambutnya, Itu saja! Akan tetapi agamanya tidak ditanyakan sama sekali. Bahkan, kadang-kadang sebagian pemuda ada yang apabila dikatakan kepadanya, “Wanita ini taat beragama,” dia balik berkata, “Aku tak berminat. Ini wanita yang terikat. Aku tak mau wanita yang terikat. Aku mau wanita yang terlepas.”
Pemuda ini termasuk tipe lelaki seperti ini. Dia mencari seorang gadis yang berparas cantik. Pilihlah wanita yang taat beragama, jika tidak, niscaya kamu binasa. Pemuda ini telah binasa ketika tak mau memilih wanita yang taat beragama. Akan tetapi, di kala tiada kehidupan bagi gadis yang terpanggil… pemuda ini beruntung mendapatkan gadis cantik ini yang masih berstatus mahasiswi di suatu perguruan tinggi. Dan, jadilah posisi pemuda ini tak lebih sebagai supirnya….
Rutinitas yang menjemukan… pemuda ini bangun pagi-pagi lalu mengantar istrinya ke kampus dan berangkat ke tempat kerjanya. Kemudian selepas Zhuhur, dia pun kembali untuk menjemput istrinya dari kampus. Dan begitulah seterusnya…
Suatu hari, dia mengantar istrinya ke kampus lalu berangkat ke tempat kerjanya. Selama lebih satu jam dia berada di ruang kerjanya, telepon pun berdering. Ternyata, di ujung sana terdengar suara seorang polisi memanggil:
“Anda si fulan?” Tanya polisi itu.
“Benar”, jawabnya.
Polisi itu berkata, “Si fulanah familimu?”
“Benar, dia istriku,” sahutnya.
“Dengan penuh hormat, datanglah Anda ke rumah sakit,” minta polisi itu.
Dia pun bertanya, “Apa yang terjadi?”
Sang polisi menjawab, “Urusan ringan. Datang dan segeralah Anda kemari, dan letakkan gagang telepon.”
Si miskin ini pun keluar mengendarai mobilnya dengan sejuta pertanyaan dan khayalan yang memenuhi kepalanya. Setibanya di rumah sakit, dia memarkir mobilnya di tempat parkir yang tidak resmi dan turun dari mobilnya sambil berlarian seperti orang gila. Dia bergegas masuk ke ruang unit gawat darurat dan mendapati sejumlah polisi di sana. Dia bertanya, “Bagaimana kondisinya?”
Mereka pun membawanya ke ruang perawatan dan betapa amat mengerikan. Dia telah mendapati istrinya yang dibawanya ke kampus sudah berlumuran darah. Wanita itu merintih di bawah tekanan rasa sakit dan luka-luka parah yang merata ke seluruh tubuhnya. Akan tetapi, kepedihan karena terbukanya aib itu lebih sakit dan pahit…. Spontan dia menjerit, berteriak dan berkata, “Apa yang terjadi?”
Sang komandan polisi itu pun berkata dan menceritakan kejadian sebenarnya kepadanya.
Seketika, Dia Berlari, Berteriak dan Menghampiri Istrinya Seakan Tidak Percaya Istrinya Seorang Pengkhianat
Di tengah hujan deras cacian dan makian atas kebusukan yang telah mencoreng kehormatannya itu, Dia berkata kepada istrinya, “Kamu tertalak….kamu tertalak…kamu tertalak!!”
Setelah itu, dia pun meludahi muka istrinya yang berlumuran darah itu dan pergi meninggalkannya. Semua ini adalah aib, kehinaan dan keterjepitan. Semua ini adalah penderitaan…
Barangsiapa yang hina, maka kehinaan pun akan mudah menderanya.
Tiadalah luka itu menyakiti jasad yang sudah mati …
Derita, terkuaknya aib, perceraian dan kematian…
Kekasihnya Telah Mati dan Suaminya pun Telah Menceraikannya
Dia sudah menaburkan aib ke dalam tubuh keluarganya. Kini, dia hidup serba tak bisa apa-apa. Tulang punggungnya retak dan jaringan syarafnya terputus. Dia pun menderita kelumpuhan akibat patah tulang belakangnya. Dia berharap lekas mati dan begitu pula harapan ayah dan ibunya. Mereka tidak memulangkannya ke rumah, namun menempatkannya di asrama orang-orang tidak berdaya dan panti jompo untuk menghabiskan sisa-sisa hidupnya penuh kesengsaraan dan kenestapaan.
Mahabenar Allah yang telah berfirman,
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia, ‘Ya Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya seorang yang melihat,’ Allah berfirman, ‘Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari inipun kamu dilupakan’.” (Thaha: 124-126).
Saudara-saudaraku,
Kedok pun terurai pada sejumlah kenyataan ini, dan kisah-kisah lainnya pun masih banyak. Kesemuanya itu sebagai bentuk peringatan. Dan, peringatan itu amat berguna bagi kaum Mukminin. Ya Allah, jadikanlah di antara kisah-kisah orang itu sebagai pelajaran bagi kami. Dan sebaliknya, janganlah Engkau jadikan kami sebagai pelajaran bagi mereka. Sungguh, di dalam kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran. Akan tetapi, bagi siapa? “Tentunya, bagi orang-orang yang cerdas.”
Sumber: pintarin.com
loading...
loading...