Tadi malam, barisan-barisan puisimu menculikku dalam sebuah labirin perasaan

loading...
loading...
Aku tersesat disana

Dengan menuliskannya, seolah-olah hanya kamu yang paling ahli soal merindu. Sebenarnya kita sama-sama paham soal rindu, sampai akhirnya kita tahu bahwa rindu tak cukup kuat untuk melahirkan sebuah temu. Bahkan, bukan ‘temu’ jurus terjitu untuk menghapus sebuah rindu. Tapi saat adamu tak terasa sementara, rindu itu akan hilang selamanya. Aku memang tak bisa menjanjikan yang satu itu, tapi rasakanlah, rinduku juga sebesar itu.

Tadi malam, barisan-barisan puisimu menculikku dalam sebuah labirin perasaan


Terlalu istimewa jika namaku terbungkus dalam doamu. Perlu menghabiskan berapa ramuan rindu untuk melipat jemarimu? Kamu selalu bicara tentang ‘suatu hari’ seakan-akan tak punya kesempatan di masa ini. Kamu selalu bicara soal kehilangan tanpa berusaha memilikiku seutuhnya. Jika kehilangan itu tiba, berarti kamu pernah membiarkan celah seseorang untuk mencuriku.

Kamu tidak akan tahu, Tuhan mungkin sedang menyiapkan kejutan untukmu. Dia benar, kamu memang perlu bersabar. Mungkin tiadaku adalah jeda penguji kekuatan hati. Mungkin tiadaku ini pembiak rindu agar bertumbuh lebih hebat. Mungkin tiadaku adalah jalur panjang untuk menemukan bahagiamu dan mungkin tiadaku ini adalah karpet merah penyambut sosok barumu.

Kamu tidak akan pernah tahu.


Mungkin tiadaku ini adalah persiapan ‘kita’ yang lebih baik lagi di suatu hari nanti. Jika nanti benar-benar ada sehari lebih lama dari selamanya, aku ingin setuju itu mampir ke tempat kita. Kamu, masih melatari kemana mataku pergi. Tenang, semuanya akan berjalan baik-baik saja meski porosmu bukan lagi aku. Kamu tidak akan tahu, apa yang sedang Tuhan siapkan di meja kerjaNya untukmu. Bersiaplah.

http://www.jomloo.com/2016/12/tadi-malam-barisan-barisan-puisimu.html
loading...
loading...
close