loading...
loading...
Terlihat sepele, namun kata-kata "Namanya Juga Anak-Anak", malah membawa dampak buruk pada anak Pasti sering diucapkan orang tua, tapi setelah baca ini jangan lagi mempunyai pikiran atau melontarkan kata-kata itu!
Pernah melihat orang tua yang cenderung membiarkan ketika anaknya melakukan hal yang tidak baik semacam suka memukul temannya dengan dalih : “Yah, maklumin aja. Namanya juga anak-anak”? Saya pernah. Bahkan sering.
"Saya kesal banget kalau ada orangtua dengan entengnya mengatakan kalimat di atas untuk pembenaran terhadap perilaku anak yang salah".
Jangan langsung menganggap kalau saya itu ibu yang tidak berperasaan atau ibu yang kurang empatinya terhadap sesama ibu. Saya juga punya dua anak, laki-laki semua. Saya paham rasanya kalau anak-anak lagi ajaib banget tingkah lakunya. Namun, yang mau saya omongin sekarang adalah tanggapan orangtua yang sepertinya membiarkan hal itu terjadi.
Rasa kesal saya suka semakin sulit direm kalau orangtuanya dengan wajah sok polos mengatakan “Duh, maklum ya namanya juga anak-anak… biasa mereka seperti itu.” Asli deh, saya nggak bisa maklum dan saya nggak mau maklum, karena itu sama aja saya membiarkan seorang anak tumbuh dengan perilaku yang salah, dan dia tidak tahu kalau itu salah.
1. Memukul, menendang atau menyakiti orang lain ketika keinginannya tidak terpenuhi
Seorang kenalan saya memiliki dua orang anak, yang besar usia 10 tahun dan 6 tahun. Setiap kali yang bungsu tidak mendapatkan apa yang diinginkan, maka ia akan menendang ayahnya atau menjambak ibunya atau menampar wajah kakaknya. Pernah hal ini terjadi beberapa kali di depan muka saya, dan otomatis ekspresi wajah saya langsung berubah. Kayaknya ibunya tahu sih kalau saya kesal banget. Si ibu langsung membela si anak sambil mengatakan “Maklum ya, namanya juga anak umur 6 tahun.” Well, banyak anak usia 6 tahun yang saya kenal sih nggak melakukan hal itu. Buat saya anak berlaku kasar itu bukan untuk dimaklumi namun wajib diperbaiki.
2. Pura-pura tidak mendengar ketika diajak bicara atau ditegur oleh orangtua
Pernah melihat seorang anak yang setiap kali ditegur atau diajak bicara oleh orangtuanya maka ia akan pura-pura nggak dengar? Atau sengaja berteriak atau mengeluarkan suara-suara dengan kencang untuk mengalahkan suara orangtuanya. Bagi saya perilaku seperti itu sama sekali nggak lucu. Saat orangtua berbicara atau menegur pastilah ada hal penting yang ingin disampaikan. Jadi membiarkan anak bersikap seperti itu hanya membuat dia berpikir bahwa ucapan orangtua memang tidak penting untuk diperhatikan.
3. Berbohong
Beberapa kali, anak saya yang paling kecil bercerita tentang satu orang temannya yang sering sekali berbohong. FYI, ini kita bicara tentang seorang anak berusia 8 tahun ya.
“Ma, tadi si A cerita kalau dia setiap sabtu minggu pasti pergi keluar negeri. Minggu kemarin dia ke Singapura sama Belanda mah. Minggu besok katanya mau Cina sama Australia mah. Setiap minggu lho ma dia begitu.”
“Ma, si A rumahnya lagi ditingkat mah, mau bikin 7 tingkat katanya.”
“Ma, di rumah si A ada waterbom katanya mah.”
“Ma, si A uang jajannya katanya sebulan 5 juta”
Dst… dst… dst
Ternyata, ibu-ibu lain juga mendapat cerita yang sama dari anak-anaknya, sampailah suatu hari seorang ibu menyampaikan hal ini ke ibunya si A di Whatsapp Grup. Dan jawabannya “Hahahah, biarin aja mom, namanya juga anak-anak, suka ngarang-ngarang. Nanti juga ilang sendiri.”
Padahal, kebiasaan si anak ini berbohong sudah berjalan selama dua tahun dan masih terus hingga minggu kemarin *__*. Mungkin memang itu imajinasi si anak, namun kalau dibiarkan saya khawatir kalau dia menganggap berbohong itu sah-sah aja.
4. Tidak terbiasa antre
Jengkel banget kalau sudah antre, tiba-tiba diselak. Beberapa kali saya melihat seorang anak yang dibiarkan menyelak antrian oleh orangtuanya. Saat dilirik sinis, si ibu atau ayah cukup tersenyum sambil bilang maaf ya, tapi terus jalan lenggang kangkung. Laaaaaah!! Mbok ya dikasih tahu si anak, kalau ada yang namanya antrian dsb.
Buat saya pribadi, saat anak salah dia tetap perlu ditegur dan diberitahu apa kesalahannya dan bagaimana yang benar. Jangan kita meminta orang lain memaklumi hal-hal tersebut. Nggak mau kan kalau si kecil tumbuh dengan perilaku yang salah?!
Memang, mereka masih anak-anak. Memang, ada hal-hal yang memang kita harus maklumi. Tapi memaklumi bukan berarti mendiamkan, melainkan harus tetap mengarahkan agar kita tidak lagi menganggap hal yang salah sebagai sesatu yang wajar.
Jangan terus kalah dengan dalih “namanya juga masih anak-anak”.Sebab jika kita terus berdalih seperti itu, kita baru akan sadar ketika kita sudah terlambat mengarahkannya. Sebab ternyata mereka sudah bukan anak-anak lagi dan hal salah yang sering kita maklumi sudah terlanjur menjadi kebiasannya
Memang, mereka masih anak-anak. Memang, ada hal-hal yang memang kita harus maklumi. Tapi memaklumi bukan berarti mendiamkan, melainkan harus tetap mengarahkan agar kita tidak lagi menganggap hal yang salah sebagai sesatu yang wajar.
Jangan terus kalah dengan dalih “namanya juga masih anak-anak”.Sebab jika kita terus berdalih seperti itu, kita baru akan sadar ketika kita sudah terlambat mengarahkannya. Sebab ternyata mereka sudah bukan anak-anak lagi dan hal salah yang sering kita maklumi sudah terlanjur menjadi kebiasannya
loading...
loading...