loading...
loading...
Dulu aku bertemu dengan mantan istriku ketika aku sedang patah hati, ia memberiku kehangatan dan kenyamanan. Tidak lama setelah berpacaran, kami akhirnya menikah.
Banyak orang bilang, dalam rumah tangga kedua pihak harus saling melengkapi, tapi aku dan mantan istriku bukanlah tipe seperti itu. Perbedaan kami sangat kontras, ia kuat dan sangat ambisius. Karena ketidakcocokan itulah akhirnya kami bercerai. Ia adalah yang pertama mengatakan ingin bercerai, mungkin ia juga sudah tidak tahan, karena kami berdua sering bertengkar dan sama-sama terluka ketika itu. Hak asuh anak jatuh kepadanya, sehingga anakku tinggal bersamanya.
Beberapa tahun kemudian, aku bertemu dengan istriku yang sekarang. Ia adalah gadis desa biasa, tapi kami bisa saling melengkapi. Meski hidup kami sederhana, kami sangat bahagia.
Baru-baru ini aku mendengar kabar bahwa mantan istriku sakit parah dan butuh banyak uang. Aku pun langsung mengambil uang sekitar 220 juta rupiah untuk biaya pengobatannya. Tapi aku ragu dan tidak berani bilang ke istriku sekarang, karena takut ia tidak setuju dan marah.
Kemudian aku bergegas ke rumah sakit, disana aku melihat mantan istriku sangat kurus dan rapuh, bibirnya juga sangat kering dan pucat. Ia yang melihatku, memberikan senyuman kecilnya. Kami berbincang-bincang sebentar, dan ketika aku hendak pergi, aku diam-diam menyelipkan uang 220 juta tadi di bawah selimutnya.
Aku merasa aku dan mantan istriku sudah bertahun-tahun bersama, saling mendukung dan berdampingan, banyak orang mengatakan kami adalah pasangan yang cocok. Ia adalah ibu dari anakku dan aku berharap ia bisa segera membaik.
Istriku yang sekarang tidak tahu mengenai uang yang kuberikan kepada mantan istriku. Ia bertanya apa aku tidak menjenguk mantan istriku, tapi aku diam saja dan tidak menjawabnya. Malam itu, aku tidak bisa tidur dan tidak tahu harus berkata apa kepadanya.
Aku berpikir, penghasilan kami tidak banyak dan keuangan kami biasa-biasa saja. Jika tiba-tiba mengeluarkan begitu banyak uang demi mantan istriku, ia mungkin akan sulit menerimanya.
Istriku dan keluarganya sangat baik, mereka tidak masalah dengan mahar ketika kami menikah. Istriku juga selalu bisa mengurus rumah dengan baik meski ia juga bekerja, dan ia tidak pernah mengeluh.
Keesokan harinya, ia berangkat kerja terlebih dahulu. Tiba-tiba aku melihat sepucuk surat di atas meja dan bertuliskan "Apapun yang kamu lakukan, aku akan selalu mendukungmu." Seketika itu juga aku meneteskan air mata, ternyata ia sudah tahu dan ia tidak marah dengan keputusanku. Aku merasa benar-benar beruntung telah memilikinya dan aku berjanji akan selalu membahagiakannya.
Nah, gimana menurut Sobat Cerpen mengenai hal ini? Jangan lupa share artikel ini ke teman-temanmu ya!
Sumber: how
http://www.cerpen.co.id/post_145387.html
loading...
loading...