loading...
loading...
Aku dan suamiku sudah menikah dua tahun, hari- hariku terasa sangat tertekan, aku sudah ingin hampir mati rasanya!
Aku dan suamiku berkenalan lewat jejaring sosial. Sebenarnya kondisiku hari ini memang merupakan salahku. Saat aku berkenalan dengan dia, aku sudah memiliki pacar, namun hubunganku dengan pacarku tidak begitu baik. Mantan pacarku adalah seseorang yang sangat gila kerja, dia lebih banyak menghabiskan waktunya demi pekerjaan daripada memperhatikanku, sehingga aku merasa dia tidak terlalu mencintaiku, dan memberiku kesempatan untuk berkenalan dengan pria lain.
Awalnya hubunganku dengan suamiku sangatlah baik, aku sangat bahagia jika mengobrol dengan dia. Bagiku, dia adalah pria yang sabar,tak peduli apa pun yang kukatakan, ia adalah orang pertama yang menjawabku. Dia sabar mendengar ocehanku, dan juga sering membuatku tertawa, perlahan aku menjadi semakin bergantung pada dia. Sebelum aku benar-benar menjalani hubungan serius dengan dia, hubungan kami sudah terlebih dahulu diketahui oleh pacarku. Aku pun berpisah dengan pacarku.
Setelah berpisah, aku sama sekali tidak merasakan patah hati, selalu ada suamiku yang menemaniku. Aku masih ingat saat- saat dia selalu memberikanku semangat. Waktu itu, aku dan suamiku berhubungan jarak jauh, kami lebih sering mengandalkan media sosial untuk berkomunikasi, hampir setiap kali di saat bukan jam kerja, kami akan telefonan atau chatting. Saat aku tidak membalas pesannya atau tidak menerima telefonnya, dia akan terus mencariku dan bawel seperti seorang wanita, bertanya banyak hal setelahnya.
Jujur saja, saat itu aku merasa perilaku suamiku adalah bentuk cintanya kepadaku, jika mencintai seseorang, ia pasti akan setiap saat memikirkanmu. Aku mengira ini adalah sebuah kebahagiaan. Suatu kali ia mengatakan bahwa ia tidak tahan lagi berhubungan jarak jauh, ia pun meninggalkan pekerjaannya dan datang ke kotaku. Saat itu aku sangat terharu, saat dia datang, dia tak memiliki tempat tinggal, dia pun tinggal di tempatku dan kami pun tinggal bersama!
Awalnya kami begitu dekat, kami berdua sangat bahagia, setiap hari hampir tidak pernah terpisahkan, setelah 3 bulan, kami pun tidak sabar untuk menikah. Setelah menikah, kedekatan kami semakin lama semakin renggang, aku memiliki teman dan lingkunganku sendiri. Terkadang saat aku pergi keluar bersama teman, dia tidak henti- hentinya menelefonku, menyuruh aku untuk cepat pulang, bahkan sampai mendatangiku. Saat aku sedang lembur di kantor, ia akan menelefon teman kantorku untuk memastikan bahwa aku benar- benar lembur.
Lama- kelamaan aku menjadi semakin risih, aku merasa dia membatasi kebebasanku, kami sering bertengkar karena hal ini, namun ia selalu menjelaskan bahwa ia melakukan hal ini karena ia sangat mencintaiku. Dia selalu mengatasnamakan cinta untuk mengikatku. Suatu hari saat aku sedang pergi bersama dengan teman- teman kantorku, aku pulang diantar oleh teman kantor lelakiku, saat hendak masuk rumah, suamiku melihat kami. Aku menjelaskan bahwa itu hanyalah teman kantor, dia tak percaya dan menuduhku selingkuh, aku malas untuk mempedulikannya, tak disangka dia malah menamparku.
Kali itu aku benar- benar marah, aku mengemas barang- barangku dan keluar dari rumah, dia menarikku dan berlutut, memohon agar aku jangan pergi, namun semua itu tidak menghalangiku!
Yang paling tidak kusangka adalah dia menyalin seluruh kontak telepon dari Handphoneku. Saat aku meminta bercerai, dia langsung mengirimkan pesan ke seluruh teman dan keluargaku, mengatakan bahwa aku selingkuh dan membawa pulang pria lain ke rumah. Tak lama kemudian, aku menerima telefon dari orang tua dan teman- teman baikku, menanyakan apa yang terjadi padaku sebenarnya. Bahkan sampai bos dan pelangganku pun menerima pesan singkat tersebut. AKu sudah hampir tidak punya muka lagi, aku benar- benar menyesal pernah menikah dengan suami seperti ini!
Sekarang ke mana pun aku pergi, selalu ada orang yang membicarakanku di belakang, seluruh kehidupan dan lingkungan pekerjaanku telah dipengaruhi oleh dia, aku sudah tidak bisa lagi meneruskan hubunganku dengan dia, tapi apakah cerai ada gunanya? Namaku sudah terlanjur tercoreng!
Jawaban dari pakar :
Percintaan dibangun dari kepercayaan, saling mengerti adalah fondasi yang paling dasar. Setelah melihat seluruh ceritamu, saya merasa perasaan suamimu itu sama sekali tidak bisa disebut "cinta", namun pemaksaan! Suamimu terlalu posesif, itulah yang membuatmu menjadi risih. Orang seperti suamimu sering kali mengambil langkah yang ekstrim, saat sedang "cinta", dia akan menjadikanmu seperti barang dia sendiri. Namun saat kamu melawannya, dia akan menggunakan cara yang ekstrim untuk membalasmu, ini lah yang terjadi padamu!
Namun tidak bisa semuanya menyalahkan suamimu, kamu juga sedikit bertanggung jawab dalam kejadian ini. Pasalnya, saat kamu menjalin hubungan dengan suamimu, saat itu kamu sedang memiliki pacar. Bisa jadi suamimu sedang mencontoh perilakumu dulu. Selain itu, kalian juga belum berkenalan terlalu lama, dan sudah langsung memutuskan untuk menikah.
Di sini, saya memiliki dua saran untuk kamu, semoga dapat membantu:
1. Kamu harus mencari waktu untuk bicara baik-baik dengan suami mu mengenai hal ini. Tujuannya adalah untuk memperbaiki hubungan kalian yang sekrang, dengan cara memberikan dia satu lagi kesempatan. Keluarkan seluruh isi hatimu dan katakan pada dia. Kalian harus bisa memberi ruang satu sama lain, tidak boleh terlalu posesif. Kamu harus memberitahukan prinsip ini kepadanya.
2. Jika kalian sudah tidak ada jalan keluar lagi, maka kamu harus memutuskan segala hubunganmu dengannya, termasuk tidak berkomunikasi lagi. Jika suamimu mengambil langkah ekstrim lagi untuk menghancurkanmu, jangan segan-segan untuk langsung melaporkannya ke polisi!
sumber: pixpo
http://www.cerpen.co.id/post_145422.html
loading...
loading...